Rabu, Februari 13, 2008
Memilih Kereta Bayi yang Aman
Memilih Kereta Bayi yang Aman
Anton, pekerja swasta, sama sekali tak menyangka kereta bayi yang dibelinya sebulan lalu menjadi 'bencana' bagi keluarganya. Tadinya, ia membeli kereta itu sebagai kejutan buat Sita, istrinya, yang mulai kerepotan menggendong Bayu, sulungnya. Namun justru kereta itulah yang membuat Bayu harus menginap di rumah sakit hampir seminggu lamanya.
Bayu jatuh dari kereta, begitu ringkasnya. Saat Sita beringsut untuk menyiapkan susu, keretanya sekonyong-konyong meluncur. Barangkali karena gerakan Bayu yang meronta kehausan membuat roda kereta bergeser. Kereta pun meninggalkan ruang keluarga, terjerembab ke lantai teras yang lebih rendah 15 cm dari ruang tempat Sita meninggalkan buah hatinya.
Anton termasuk beruntung, karena anaknya tidak menderita cidera serius, setelah seminggu dirawat di RS. Di Amerika Serikat -- berdasar laporan US Consumer Product Safety Commission (CPSC) -- 12 anak tidak tertolong jiwanya setelah mengalami kejadian persis seperti yang menimpa Bayu. Mengutip data tahun 1999, terjadi 12.600 kasus kecelakaan kereta bayi di sana.
Keamanan menjadi pertimbangan utama
Aman menjadi penekan dalam artikel ini. Hal terpenting ini sering terlewat dalam catatan konsumen saat hendak membeli stroller alias kereta bayi. Padahal, alat yang mestinya memudahkan kita dalam mengasuh sang buah hati tersebut, malah bisa berubah menjadi 'musuh' yang dapat mencelakakannya.
Di Indonesia, memang belum ada angka pasti kejadian kecelakaan akibat kereta bayi yang selip. Di AS, kali ini berdasar data Memorial Hospital and Northwestern University School of Medicine di Chicago, sepanjang tahun 1994-1998 di Ruang Gawat Darurat mereka menangani 64.373 kasus kecelakaan kereta bayi. Sebagian besar, atau 76 persen adalah kasus jatuh dari kereta dan 11 persen karena ketera terbalik.
Pilihan kereta bayi saat ini memang beragam, baik bentuk, warna, maupun fitur-fitur yang dimilikinya. Namun mandat yang utama, tetap keamanan yang terpenting. Di banyak negara maju, terdapat lembaga yang khusus mengawasi barang-barang di pasaran termasuk kereta bayi. Lembaga ini akan merekomendasikan suatu barang ditarik dari peredaran bila dianggap tidak aman, bahkan sebelum jatuh korban.
Di negara kita, mekanisme seperti ini hampir tidak ada. Karenanya tak ada salahnya kita sebagai konsumen yang harus 'memasang' sendiri mekanisme itu.
Bagaimana memilih kereta bayi yang aman? Sandy Jones, penulis buku Guide to Baby Products menyebutkan beberapa kriteria. Namun pada intinya ia menekankan produk yang aman itu tak harus mahal. Asal jeli dalam memilih, dengan harga ringan produk yang aman pun bisa diboyong ke rumah Anda.
Pertama, ia menyarankan untuk memilih produk yang memiliki sabuk pengaman dari bahan yang cukup kokoh, misalnya nilon. Kaitannya juga harus kuat, untuk mencegah bayi merosot ke bawah. Saat membeli, cobalah untuk mengait-lepaskan kaitan itu. Yakinkan mata kait (buckle) mengait sempurna dan kuat, serta mudah dioperasikan. ''Namun tidak gampang dilepaskan oleh tangan usil anak kita,'' ujarnya.
Kedua, perhatikan brake-nya (pengerem). Kereta bayi yang baik mempunyai pengerem yang sempurna, yang akan mengunci roda saat kita ingin berhenti atau meninggalkan sejenak (barangkali ini yang tidak dimiliki kereta bayi Anton, Red). Untuk jogging stroller, maka harus dilengkapi rem kunci yang modelnya seperti rem pada sepeda. Letaknya tak jauh dari pegangan agar gampang dioperasikan.
Hindari kereta yang pengeremnya menggunakan papan besi yang pengoperasiannya dengan menekan langsung ke roda. Rem model ini tidak aman, karena bisa lepas sewaktu-waktu ketika stroller didorong atau ditarik. Kita bisa memilih model ini asal pengoperasiannya bisa dilakukan dengan kaki.
Ketiga, lihatlah rodanya. Kereta bayi yang baik mempunyai roda yang ketinggiannya sama saat bayi berada di atasnya, tidak ada yang lebih panjang atau pendek. Roda yang bisa dipompa atau roda 'mati' berisi busa padat adalah pilihan yang paling tepat.
Keempat, lihatlah apakah kereta itu memiliki leg holes alias pemisah kaki di bagian depannya. Kereta dengan fitur ini akan menahan bayi tetap di tempatnya saat -- meski tidak kita kehendaki -- tubuhnya melorot. Saat ini, hampir semua kereta bayi di pasaran dilengkapi fitur ini. ''Anda tinggal pilih mau yang bisa dibongkar pasang atau yang permanen,'' ujar Jones.
Tes yang dilakukan Consumer Reports menunjukkan harga tak selalu berjalan seiring dengan kualitasnya. Banyak produk berharga murah justru lulus uji, dan sebaliknya, yang harganya mahal dengan banyak keunggulan -- seperti mempunyai 'atap' yang tahan ultraviolet -- justru malah tak aman konstruksinya.
Kombinasi yang paling utama, begitu saran Consumer Report adalah dengan memadukan antara gaya hidup dan kebutuhan serta keamanan. Berkereta bayi memang gaya, tapi apakah kita dan anak kita membutuhkannya? Jika ya, apakah produk yang akan kita beli sudah memenuhi standar keamanan? Jika sudah (aman), dengan pertimbangan tak semua yang mahal aman, mari kita berangkat ke kasir dan 'menutup mata' tentang harga! tri/babystoday/consumerreport.
Dikutip dari: www.republika.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar