Bermain air bisa membuat bayi gembira. Amati saja saat ia dimandikan dengan cara yang tepat, ia tampak begitu nyaman. Bukankah selama dalam rahim, ia pun sudah akrab dengan air. Sementara di hari-hari berikutnya, secara rutin ia akan dimandikan. Oleh karena itu, dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO., sangat mendukung apabila berenang mulai diajarkan di usia bayi, karena melatihnya justru akan lebih mudah.
Mengajarkan renang sudah bisa dimulai sebelum usia satu tahun. Intinya adalah membuat bayi nyaman berada di air.
MANFAAT RENANG
* Menghilangkan rasa takut pada air
Banyak anak tak mau belajar renang karena takut air. Jika aktivitas renang dikenalkan sejak bayi, hal itu tak akan terjadi.
* Sarana bermain
Bermain tak harus selalu di kamar atau di taman. Kolam renang bisa juga menjadi sarana bermain yang menyenangkan.
* Menyehatkan badan dan merangsang gerakan motorik
Dengan bermain air, otot-otot bayi berkembang, persendiannya tumbuh secara optimal, pertumbuhan badannya meningkat, dan tubuh pun jadi lentur. Dengan kata lain, semua komponen tubuhnya akan terlatih melalui renang karena seluruh anggota tubuh mulai dari kaki, tangan, hingga kepala digerakkan walaupun belum dengan teknik yang sempurna. Bayi jadi terlatih dan daya tahan tubuhnya pun lebih terjaga.
* Mengasah kemandirian, keberanian, dan percaya diri
Berenang mendorong bayi tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini tercermin saat bayi tak lagi takut menjelajah bersama orang tua di kolam yang besar.
* Kemampuan sosial
Berenang bersama-sama di kolam akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan meningkatkan kemampuannya beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang lain.
LANGKAH BELAJAR RENANG
UNTUK mulai mengajari bayi berenang, kata dokter spesialis kesehatan olahraga dari RS Pondok Indah, Jakarta ini, bayi mesti melalui tahap pengenalan air.
* Lakukan latihan awal dengan menggunakan kolam plastik sebelum masuk ke kolam sungguhan. Basahi tubuhnya seperti ketika memandikan agar tak timbul fobia air. Bawa serta mainan tahan air seperti mainan bebek atau ikan, agar ia merasakan main di kolam sebagai sesuatu yang menyenangkan. Jangan ragu untuk melibatkannya agar mau bermain-main, seperti menciprat-cipratkan air. Ini akan memancingnya untuk tersenyum dan tertawa, sekaligus menstimulasi kemampuan motoriknya.
* Jika si kecil sudah akrab dengan air, ajaklah ia untuk masuk ke kolam renang sungguhan. Namun, sebelumnya ada beberapa faktor yang mesti diperhatikan, antara lain:
- Kedalaman kolam
Jangan bawa bayi ke kolam renang yang tidak memiliki bagian khusus untuk anak. Pilihlah area yang tingkat kedalamannya hanya sebatas pinggangnya. Selain menghindari hal-hal yang tak diinginkan, semisal tenggelam, kolam yang terlalu dalam juga dikhawatirkan membuat si kecil merasa tak nyaman yang malah mengakibatkannya jadi takut air. Untuk mengenalkan tingkat kedalaman yang berbeda, lakukanlah secara bertahap, dari yang paling dangkal.
- Suhu air
Air kolam renang sebaiknya jangan terlalu dingin atau terlalu panas. Usahakan yang bersuhu kurang lebih sama dengan suhu badan. Air yang terlalu dingin maupun panas bisa menyebabkan si kecil sakit.
- Kejernihan air
Usahakan air kolam renang jernih dan tak keruh, sehingga kalaupun terminum tidak mengakibatkan apa-apa. Sedapat mungkin hindari kolam renang yang airnya mengandung kaporit karena justru akan berdampak buruk pada mata dan kulitnya.
- Lantai kolam
Perhatikan kebersihan lantai kolam. Hindari yang permukaannya licin karena bisa mengakibatkannya gampang terpeleset.
* Sebagai langkah awal, seperti yang dilakukan di kolam karet, lakukan pengenalan air secara bertahap dimulai dengan membasuh seluruh tubuhnya. Lalu dalam posisi duduk gerakkan kaki silih berganti dan gerakkan tangannya seperti mencipratkan air. Jangan lupa, tetap bawa serta mainan air kesayangannya agar si kecil tak cepat bosan berada di kolam.
* Tahap berikutnya, gunakan pelampung yang berbentuk ban yang mampu menahan tubuhnya atau yang dilingkarkan pada pergelangan tangan. Fungsi pelampung ini selain sebagai alat pengaman, juga bisa membantu bayi berlatih "mengapung". Sambil menggunakan pelampung, bawa ia menyusuri pinggir kolam. Tapi ingat, jangan sesekali melepaskan pegangan maupun pengawasan Anda dari si kecil.
* Secara bertahap penggunaan pelampung sebaiknya dihentikan agar bayi tak tergantung pada alat tersebut. Sebagai pengganti pelampung, ayah/ibu bisa memegangi badan si kecil dan ajak untuk menikmati acara jalan-jalan di dalam kolam. Jika ia sudah terbiasa dengan air yang ada di sekelilingnya, secara bertahap pula ajak ia berenang di kolam yang lebih dalam.
* Agar bayi lebih termotivasi bereksplorasi di air, ajak anak-anak yang lain. Dengan proses belajar yang menyenangkan di antara banyak teman, tentu bayi akan lebih bersemangat. Secara tidak langsung, dengan banyaknya teman yang ikut berlatih, dalam diri bayi akan tumbuh keyakinan bahwa berenang itu sungguh menyenangkan.
* Pengawasan dan pendampingan orang tua memang jelas-jelas harus dilakukan. Ini penting karena tak sedikit bayi yang nyaris tenggelam atau tersedak akibat mulut atau hidungnya kemasukan air. Jika mengalami hal tak menyenangkan seperti itu bukan tidak mungkin bayi jadi enggan berenang. Sementara jika bayi memang sulit diajari berenang karena takut air, amat disarankan agar orang tua tidak memaksakan kehendak. Mungkin dia butuh waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan air. Yang penting, jalani proses belajar berenang dengan suasana bermain yang menyenangkan.
USIA TEPAT BERLATIH RENANG
LALU kapan, sih, bayi sudah bisa diajari berenang di kolam? Menurut Sadoso, yang paling pas adalah di usia 9 bulan, tak lain karena di usia ini umumnya bayi sudah bisa duduk tegak sendiri dan relatif kuat menyangga tubuhnya saat berdiri.
Namun, tentu saja proses belajarnya harus dibedakan dari proses belajar yang diterapkan pada anak yang lebih besar. Jika yang berperan sebagai pelatihnya adalah orang tua sendiri, biasanya bayi akan lebih senang, hingga bisa lebih mudah dan cepat proses belajarnya.
MESTI PROPORSIONAL
Pada prinsipnya, setiap aktivitas olahraga adalah baik. Namun, Sadoso mengingatkan, manfaatnya akan maksimal jika kegiatan ini dilakukan secara teratur dan proporsional. Jadi, ada batasan-batasannya, yaitu latihan tidak melebihi kemampuan bayi karena bisa berakibat buruk. Antara lain daya tahan tubuhnya bisa merosot karena terlalu dipaksakan. Menurutnya, frekuensi olahraga yang baik bagi kesehatan adalah tiga kali setiap minggu. Waktunya cukup sekitar 10-15 menit saja. "Jangan terlalu lama karena bayi cepat capek meski cepat juga pemulihannya. Kalau dia enggan, ya jangan memaksakan diri. Juga kalau bayi capek, jangan dipaksakan. Nanti malah sakit."
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
Bagi orang tua yang ingin melatih bayinya berenang, berikut sejumlah hal penting yang disarikan Sadoso:
* Kenalkan sejak dini. Lakukan latihan secara bertahap sesuai dengan umur dan keberanian bayi terhadap air.
* Jangan pernah memaksa bayi untuk berenang. Jika dipaksakan bayi justru akan menolak/enggan masuk kolam.
* Jangan membenamkan kepala bayi ke dalam air.
* Usahakan agar orang tua sendiri yang jadi pelatihnya agar bayi tak merasa asing, hingga ia bisa merasa nyaman.
* Perhatikan sarana yang akan digunakan, termasuk kondisi kolam renang dan pelampungnya. Ini akan meminimalkan tingkat risiko terjadinya kecelakaan/hal-hal yang tak diinginkan.
* Tetap awasi dan dampingi saat bayi berada dalam air.
Dikutip dari: www.tabloid-nakita.com
Senin, Juni 30, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 comments:
bagus mbak, diukur terus mbak anaknya supaya tahu perkembangannya...
sabar ternyata ya jadi ibu itu hehehe, maklum belum pernah jadi ibu sih. hohohoh
salam kenal
Posting Komentar