Selasa, Januari 29, 2008

Menata Kamar Bayi

Posted by LoveLy KhaLisa at 06.38 1 comments


Tak sedikit orang yang masih melupakan fungsi kamar bayi secara mendasar, sehingga lebih memperhatian pada unsur-unsur dekoratif pada ruangan tersebut. Sebaiknya, kamar bayi tak hanya sedap dipandang tapi juga harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :

1. Penempatan jendela Udara alami sangat baik bagi anak. Penempatan jendela pada sebuah kamar dapat mempengaruhi tingkat kelembaban dan suhu ruangan. Untuk itu, perhatikanlah arah sinar matahari yang masuk ke dalam kamar dan sesuaikan dengan penempatan jendela. Jangan sampai sinar matahari yang masuk berlebihan atau kekurangan. Selain itu, perhatikan pula lampu jalan yang ada agar tidak menerangi secara langsung ke dalam kamar.Dengan penempatan jendela yang baik juga dapat memaksimalkan udara dan angin yang masuk ke dalam kamar, sehingga ruangan terasa lebih segar.

2. Tokoh kartun Tak bisa dihindari, kamar anak kerap dihiasi dengan berbagai tokoh kartun. Sebaiknya, gambar-gambar tokoh kartun ini hanya ada pada aksesori ruangan seperti lampu, boneka, hiasan gantungan, sprei atau bed cover, dan bukan pada keseluruhan tema ruangan yang tergambar pada wallpaper atau dinding.Bila perlu dilakukan pembaharuan, Anda pun hanya mengganti bagian-bagian tersebut. Biaya yang dikeluarkan pun akan lebih murah bila dibandingkan harus melepas wallpaper atau mengganti cat dinding secara keseluruhan.

3. Tempat penyimpananIni merupakan bagian penting pada kamar anak. Di saat masih bayi, mungkin hanya perlu sebuah lemari kecil untuk menyimpan berbagai keperluannya. Namun berpikirlah untuk beberapa tahun mendatang, di saat anak sudah mulai besar dan memiliki banyak mainan dan barang.Untuk itu gunakan lemari yang cukup besar dan usahakan agar kamar memiliki sisa ruang untuk menyimpan berbagai keperluan.Anda dapat menggunakan rak dinding untuk menyimpan barang sekaligus sebagai elemen dekoratif pada ruangan, dengan menata berbagai mainan, boneka atau buku anak di rak tersebut.

4. LantaiKarpet sering kali menjadi unsur pemanis lantai yang dapat memberikan unsur nyaman dan hangat. Gunakan karpet yang mudah dibersihkan dan dicuci, mengingat debu dan kotoran dapat bersarang di balik bulu-bulu karpet tersebut yang dapat mengganggu kesehatan anak (ADT)

Senin, Januari 28, 2008

Mainan Yang Mencerdaskan

Posted by LoveLy KhaLisa at 05.30 0 comments

Ini artikel hasil wawancara Koran Tempo dengan Taufan Surana. ''Memilih mainan anak gampang-gampang susah. Salah pilih, akibatnya bisa runyam. Bila permainan terlalu rumit anak bisa stres. Ini lambat laun akan berdampak buruk bagi perkembangan emosinya. Sebaliknya...''

Memilih mainan anak gampang-gampang susah. Salah pilih, akibatnya bisa runyam. Bila permainan terlalu rumit anak bisa stres. Ini lambat laun akan berdampak buruk bagi perkembangan emosinya. Sebaliknya, permainan yang terlalu mudah pun tak membawa manfaat bagi mereka. Karena interestnya berkurang dan tak merasa tertantang.

Menurut Taufan Surana, pengelola dan pemilik situs BalitaCerdas.com, yang paling penting dalam memilih mainan untuk anak adalah yang dapat merangsang semua panca inderanya. Semakin banyak panca indera digunakan, sel-sel otak anak akan lebih banyak berkembang dari segi kualitas dan jumlahnya.

Jangan remehkan sepeda roda tiga. Kata Taufan, dari penelitian yang dia himpun, sepeda roda tiga mampu merangsang seluruh panca indera. Komposisi gerak dan visualnya akan semakin terasah. ''Anak berlatih mengkoordinasikan gerakan, pandangan dan situasi sekitarnya'', jelas Taufan.

Permainan lain yang bisa dijadikan alternatif adalah

Flash Card. Permainan kartu bergambar ini terdiri dari 150 kartu dengan bermacam-macam gambar seperti gambar buah, binatang, kendaraan, warna ataupun angka, dll. Cara memainkannya, cukup dengan menunjukkan gambar secara

cepat (satu gambar per detik) di hadapan anak. Meski mungkin belum lancar, biasanya anak usia sampai dengan tiga tahun sudah bisa mengenali gambar berikut namanya. ''Permainan ini bisa dimainkan sejak anak berusia empat bulan'', ujar Taufan yang juga memproduksi Flash Card.

(catatan: Flash Card BalitaCerdas.com bisa diperoleh di www.balitacerdas.com/fc)

Permainan Flash Card ini menurut Taufan bisa membantu memaksimalkan kemampuan photographic memory, serta membangkitkan respon otak kanan pada anak balita. Yaitu dengan cara mengendalikan pikiran bawah sadar, emosi, kreatif dan intuitif pada balita sejak dini.

Berikut adalah beberapa tips dalam memilih mainan untuk anak:

1. Orangtua perlu tahu tahap-tahap perkembangan anak, baik usia, emosi dan fisiknya.

2. Peduli terhadap mainan yang digunakan. Jangan asal beli yang mahal, sesuaikan dengan kemampuan anak.

3. Keamanan alat bermain perlu diperhatikan, baik dari bahan (materil dan catnya) dan kinerja alat tersebut (yang menghindari cedera ketika digunakan).

4. Pilih mainan yang berwarna kontras dan cerah, untuk merangsang indera penglihatan anak.

5. Pastikan semua mainan dalam jangkauan anak, agar terhindar dari cedera ketika anak berusaha mencapainya.

6. Anak di usia enam bulan keatas suka mainan yang mengeluarkan bunyi dan benda berwarna seperti genta, bel, lonceng mini, gambar penuh warna maupun benda berteksturlembut.

7. Beri mainan seperti lego dan sejenisnya yang mempunyai variasi bentuk pada anak usia 9 bulan keatas, atau mainan serupa yang dapat dimainkan sewaktu mandi.

8. Tak perlu mainan mahal untuk anak Anda. Si kecil butuh stimulus untuk merangsang kreatifitasnya, dan ini bisa anda lakukan dengan membuatnya sendiri. Tentu, kreatifitas Anda yang diperlukan.

Selamat bermain dengan buah hati anda.

NAD

--

sumber: Koran Tempo Keluarga No. 15 I Jumat, 29 Juli 2005

Minggu, Januari 27, 2008

Membesarkan Anak Yang Kreatif

Posted by LoveLy KhaLisa at 08.07 0 comments
"Para orang tua yang suka mengajari berbagai hal kepada anak-anak mereka, cenderung mempunyai anak-anak yang kurang kreatif, demikian ia menjelaskan. Dan yang perlu digarisbawahi ialah kadang mereka terlalu berlebihan mencoba untuk terlibat dalam proses kreativitas si anak."

Ibu dan ayah yang ingin membesarkan 'Michel Angelo' baru mungkin perlu sedikit menahan diri. Riset baru mengatakan bahwa anak-anak yang orang tuanya benar-benar 'membiarkan mereka' akan menjadi lebih kreatif dibandingkan anak-anak yang orang tuanya lebih banyak terlibat dalam proses kreativitas mereka. Hasil temuan tersebut dipresentasikan oleh Dr. Dale Grubb dari Baldwin-Wallace College di Berea, Ohio, dalam pertemuan tahunan American Psychological Society.

Para orang tua yang suka mengajari berbagai hal kepada anak-anak mereka, cenderung mempunyai anak-anak yang kurang kreatif, demikian ia menjelaskan. Dan yang perlu digarisbawahi ialah kadang mereka terlalu berlebihan mencoba untuk terlibat dalam proses kreativitas si anak.

"Biarkan kreativitas mereka berkembang"

Grubb menjelaskan bahwa dalam satu tes mereka memberikan beberapa pertanyaan sederhana, seperti bagaimana anda dapat menggunakan sepotong kertas?. Semakin banyak ataupun semakin 'asing' jawaban yang diberikan, maka mereka dianggap semakin kreatif. Tidak mengherankan, orang tua yang lebih kreatif tampaknya mempunyai anak-anak yang lebih kreatif. Namun Grubb mengatakan bahwa mereka masih tidak jelas apakah hal ini terjadi karena faktor genetik atau cara mereka mendidik.

Dengan memusatkan perhatian pada cara orang tua mendidik, para peneliti merekam interaksi antara orang tua dan anak mereka saat sedang bermain. Mereka membuat asumsi bahwa orangtua dengan cara mendidik yang paling mendukung dan 'memungkinkan', akan mempunyai anak-anak yang paling kreatif. 'Memungkinkan' berarti bersikap sangat fokus pada anak, bertanya kepada si anak tentang apa yang ingin ia lakukan, mengapa begini atau begitu serta hal-hal lain yang seperti itu, Grubb menjelaskan. Tetapi asumsi yang mereka buat ternyata keliru. Gaya mendidik yang 'memungkinkan' bukan hanya tidak ada kaitannya dengan tingkat kreativitas tertentu dari anak, akan tetapi justru - meskipun tidak besar - cenderung menyebabkan berkurangnya kreativitas.

Malah gaya 'memungkinkan' ini dapat dengan mudah berkembang menjadi apa yang disebut sebagai sikap 'memaksa', yang membuat orang tua sering berkata: Jangan begitu, lakukan seperti ini, dan tidak memberikan banyak pilihan kepada anaknya, kata Grubb.

Pesan yang dapat diambil, menurut Grubb, adalah bahwa kalau orangtua menghargai kreativitas si anak dan memberikan dukungan tanpa terlalu mengarahkan dan kalau mereka sendiri memang kreatif, maka mereka mungkin akan mempunyai anak-anak yang lebih kreatif.

Bagaimana hal ini dapat diterapkan ke dalam ruang bermain anak ?

Pertama-tama, hindari alat-alat permainan yang memaksakan konsep struktur atau membatasi kreativitas si anak. Berikan kepada mereka kertas putih polos, bukan buku mewarnai (dengan gambar-gambar yang telah ditetapkan sebelumnya) dan biarkan mereka menemukan sendiri kemana mereka ingin pergi.

Pilih alat-alat permainan yang bentuknya lebih mudah diubah-ubah (seperti lilin mainan), ketimbang balok-balok yang saling disambung dan hanya dapat membentuk bangunan persegi yang terbatas.

Namun yang paling penting, selalu berikan pujian atas usaha yang telah mereka lakukan. Mereka mungkin saja menggambar sesuatu yang konyol atau tidak masuk akal, namun tetap berikan pujian karena mereka telah mencoba membuat sesuatu yang baru, demikian saran Grubb. (sumber: satumed.com)

Seni Berbicara dengan Bayi

Posted by LoveLy KhaLisa at 06.32 1 comments

Berikut ini panduan seni berbicara dengan bayi untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya:

1. Memperkenalkan Nama Benda

Perkenalkan segala sesuatu di sekitar kita kepada bayi. Ini bisa dimulai dengan yang sederhana, seperti wajah kita. Yuk, ajak tangan bayi menjelajahi wajah kita. Sambil menyentuh setiap bagiannya, sebutkan mana mata, hidung, mulut, telinga, dan lain-lain. Lalu, lanjutkan dengan anggota tubuh. Lebih jauh lagi, perkenalkan bayi pada nama-nama benda di sekitarnya; bola, meja, kursi, kotak. Perkenalkan pula si kecil pada pohon, mobil, kucing, anjing, dan aneka obyek di luar rumah.

2. Menjadi Pendengar

Meski bayi belum mampu mengungkapkan keinginan atau gagasan lewat kata-kata yang jelas, sebaiknya mulailah ''mendengarkan'' setiap ia ''mengungkapkan'' sesuatu. Jadilah pendengar aktif. Usahakan mengira-ngira apa yang ingin bayi ungkapkan. Lalu, berikan respon. Misal, ''Oh, bagus sekali!'' atau ''Apa betul?'' Ajak pula bayi berdialog, meski ia hanya akan merespon dengan gumaman, gerakan, senyum atau bahasa tubuh lainnya.

3. Memperkenalkan Konsep

Segala sesuatu di sekitar bayi merupakan hal baru baginya. Nah, kewajiban kitalah mengenalkannya kepada bayi melalui berbagai konsep, eperti konsep panas-dingin, naik-turun, masuk-keluar, kosong-penuh, berdiri-duduk, basah-kering serta besar-kecil. Pengenalan konsep dasar ini bisa dilakukan sesederhana mungkin. Dan, bisa didapat dari peristiwa sehari-hari di sekitar bayi. Misal, saat menggantikan popok, kita bisa memberitahukan padanya, ''Popokmu basah kena pipis. Nah, sekarang Mama ganti dengan popok yang kering.''

4. Menjelaskan Sebab-Akibat

Konsep sebab-akibat juga perlu diperkenalkan, mengingat bayi sedang giat mempelajari segala sesuatu. Kita bisa mulai dengan menjelaskan berbagai fungsi dan sebab-akibat bekerjanya benda di rumah. Misal, tombol lampu. ''Kalau tombol ini Mama tekan ke atas, lampu akan menyala dan ruangan jadi terang. Tetapi kalau ditekan ke bawah, lampu padam dan ruangan jadi elap.''

Tentu saja tak cuma benda mati. Sebab-akibat pada perasaan orang juga bisa diperkenalkan. Contoh, ''Mama sedih kalau kamu nggak mau makan''. Ini akan mengasah kepekaan bayi.

5. Memperkenalkan Warna

Warna-warni bisa ditunjukkan sambil memperkenalkan benda dan segala sesuatu di sekitar bayi. Misal, ''Itu balon, Nak. Warnanya merah, seperti bajumu.''

6. Mengulangi Kata-Kata

Agar bayi mampu mengingat lebih tajam segala sesuatu yang diperkenalkan padanya, sebaiknya kata-kata yang diperkenalkan selalu diulang-ulang. Misal, ''Pintar, makannya sudah habis. Haaabiiis.''

7. Memperkenalkan Kata yang Benar

Hindari penggunaan kata-kata yang dipermudah atau dicadel-cadelkan, seperti ''mamam'' untuk makan, ''mimik'' untuk minum, atau lainnya. Gunakan kata-kata yang benar. Karena, ini membantu bayi memahami konsep dengan benar.

8. Perkenalkan Kata Ganti

Walau bayi belum bisa menggunakan kata ganti, tak ada salahnya mulai memperkenalkannya. Beritahu pula konsep kepemilikan. Misal, ''Ini kue untuk Adek, untuk kamu,'' atau ''Ini punya Mama, punya saya''.

9. Memacu Respons

Banyak cara memancing bayi agar merespons atau menjawab pertanyaan kita. Misal, memberi berbagai pilihan dan meminta bayi memilih salah satu, ''Mau pakai baju merah atau kuning?'' Atau, bisa juga meminta bayi menunjukkan atau mengambil benda yang kita tanyakan, ''Coba, yang mana boneka Laa Laa?''

10. Hindari Pemaksaan

Jika bayi cuma menjawab dengan ekspresi atau bahasa tubuh, bantulah dengan memberi pilihan. Misal, ''Ari mau pilih bola atau boneka?'' Kalau kata-katanya tetap tak keluar, komentari pilihannya, ''Oh, Ari pilih bola, ya?'' Hindari pemaksaan bila bayi tetap tak mau bicara. Bersabar dan teruslah berlatih.

11. Menyederhanakan

Arahan yang rumit bisa membingungkan bayi. Jadi, sampaikanlah arahan verbal satu per satu. Misal, ''Tolong ambilkan bola.'' Tunggu sampai bayi melakukannya, baru lanjutkan, ''Nah, sekarang berikan pada Mama.'' Beri pujian bila ''tugas'' itu dilakukan dengan baik, agar bayi tahu bahwa yang dilakukannya benar.

12. Hati-hati Memperbaiki

Kekeliruan berbahasa karena keterbatasan artikulasi bayi bisa mulai diperbaiki secara hati-hati. Ungkapan ''..bil!'' untuk ''mobil'', dapat langsung diperbaiki lewat jawaban ''Pintar, itu mobil''. Tak perlu mengulang-ulang kesalahan ucapan bayi. Sebetulnya ia sudah mengetahui ucapan yang seharusnya keluar.

13. Membaca Bersama

Perkenalkan bayi pada buku bacaan bergambar yang memiliki kalimat berirama dan sederhana seperti pantun. Ajaklah ia bersama-sama mengucapkan dan menunjukkan gambar-gambarnya. Misal ''Gajah bermain bola.'' Mintalah bayi menunjukkan mana gajah dan mana bola. Lakukanlah ini sesering mungkin. Lama-lama bayi akan akrab dengan kata-kata di buku tersebut dan tertarik untuk belajar lebih banyak lagi.

14. Mengenalkan Angka

Ini bukan pelajaran berhitung, melainkan sekedar mengenal angka satu dan lainnya sambil bermain. Misal, ''Adik boleh ambil satu kue. Saa-tuu...'' (sambil memperlihatkan jari kita menunjukkan ''satu''). Atau,

''Ambil mainan, yang baaa-nyaak.'' Menghafal angka juga sudah bisa dilakukan. Sambil naik tangga atau memasukkan mainan ke dalam boks, kita membilang, ''Satu, dua, tiga...''

15. Menyanyi

Menyanyi adalah cara mudah ''merekamkan'' beragam kosakata di benak bayi. Kelak, begitu mendengar potongan melodi dan irama lagu tersebut, rekaman itu akan keluar dengan sendirinya dari mulut bayi.


Meningkatkan Kecerdasan Anak Balita dengan Cepat dan Pasti !

Posted by LoveLy KhaLisa at 06.17 0 comments
Tips Ampuh untuk Orangtua yang Keduanya Bekerja. Dengan memanfaatkan sedikit waktu yang anda punya di rumah, anak anda bisa tumbuh menjadi jauh lebih cerdas.

oleh : Taufan Surana (taufan@balitacerdas.com)

Jika anda masih ingat dengan hasil penelitian terbaru yang dimuat

di website www.balitacerdas.com, disitu ditulis :

TIGA TAHUN PERTAMA dalam kehidupan anak merupakan

masa yang paling sensitif, yang akan SANGAT MENENTUKAN

perkembangan otak dan kehidupannya di masa mendatang.

Mengapa begitu ?

Bagian TERPENTING tubuh kita, yaitu OTAK, tumbuh dengan sangat pesat pada awal kehidupan, dan akan mencapai 70-80% pada 3 TAHUN PERTAMA !

Bayangkan ! Otak yang begitu penting ini ternyata sebagian besar ditentukan pada awal kehidupan kita. Saya sempat SHOCK membaca hasil penelitian ini ! Artinya, jika anda menginginkan anak anda tumbuh dengan kondisi yang TERBAIK, maka anda harus menginvestasikan waktu dan apapun pada 3 tahun pertama ini, lebih dari waktu yang lain.

Jika anda mengabaikan begitu saja rentang waktu 3 tahun pertama ini, maka anak anda tidak akan berkembang dengan maksimal, dan anak anda akan menjadi anak yang biasa-biasa saja.

Apakah itu yang anda inginkan ? Tentu saja tidak !

Jika kita sebagai orangtua bisa melakukan yang terbaik bagi anak, maka itulah KEWAJIBAN kita untuk memberikan HAK anak kita. Di buku berbahasa Jepang yang berjudul Anak Cerdas dengan IQ 200 Ditentukan oleh IBUNYA, dicantumkan hasil interview terhadap banyak sekali ibu yang berhasil mendidik anaknya menjadi sangat cerdas sekali.

Intinya, peran ibu yang BENAR pada 3 TAHUN PERTAMA akan sangat menentukan kecerdasan anaknya. Maksud kata yang BENAR disini, tidak ada hubungannya apakah sang ibu tersebut bekerja ataukah sebagai ibu rumah tangga secara full-time.

Disini saya akan sampaikan TIPS yang sangat AMPUH yang HARUS dilakukan oleh ibu, terutama ibu yang bekerja karena waktu bersama dengan anak sangat terbatas. Tetapi sebenarnya juga perlu diperhatikan oleh ibu rumah tangga yang full-time, karena biasanya, karena merasa punya waktu banyak dengan anak, tetapi justru tidak segera dilakukan dengan konsisten.

Apa saja tips tersebut ?

PERTAMA,

Berikan waktu 1 JAM KHUSUS setiap harinya, tanpa boleh diganggu gugat oleh kegiatan lain, untuk anak anda untuk berinteraksi dengan kegiatan yang efektif bagi perkembangan kecerdasannya.

Untuk memberikan gambaran yang nyata, saya terjemahkan saja garis besar salah satu hasil wawancara di buku yang saya sebutkan diatas tadi. Seorang ibu yang sekaligus wanita karir yang bernama Sakane berhasil mendidik anaknya, Akio (3 th 5 bln) mencapai IQ 198.

(catatan : IQ rata-rata anak pada umumnya adalah 90 s.d. 109).

Sebagai seorang wanita karir, Ms. Sakane terpaksa harus menitipkan Akio di TPA (Tempat Penitipan Anak) sejak usia 3 bulan, dari pagi dan dijemput jam 5:30 sore. Tiba di rumah biasanya sekitar jam 6 lebih. Setelah itu, sebelum menyiapkan makan malam pada jam 7:30, Ms. Sakane memberikan WAKTU KHUSUS selama 1 JAM kepada Akio untuk melakukan program pendidikan anak.

Ms. Sakane bercerita :

-----------

Karena saya bekerja, waktu 30 MENIT sebelum membawa Akio ke TPA dan 1 JAM setelah pulang ke rumah merupakan waktu yang SANGAT BERHARGA. Waktu 1 jam ini, jika saya melakukan hal-hal lain yang bermacam-macam akan menjadi waktu yang hilang begitu saja. Tetapi waktu 1 jam ini saya tentukan khusus untuk Akio, tanpa melakukan hal lain apapun juga. Saya gunting gambar-gambar binatang dan gambar yang menarik lainnya dari buku/majalah, kemudian saya buat kartu bergambar dan saya tunjukkan kepada Akio satu-per-satu.

Pada awalnya saya berpikir, apakah ada artinya saya mengajarkan hal-hal kecil ini. Tapi, karena saya pernah mendengar bahwa hal ini sangat baik untuk olah raga otak, maka saya teruskan juga. Anak saya sepertinya sangat senang sekali melihat gambar yang berubah dengan cepat dan terus-menerus, dia melihatnya dengan sungguh-sungguh. Pada awalnya saya khawatir apakah hal ini ada hasilnya, tetapi begitu Akio mulai bisa bicara, saya menjadi yakin dan berpikir, Oo.. ternyata dia mengerti !.

Setelah itu saya perkenalkan dengan DOTS CARD (kartu untuk belajar berhitung), dan menjadi mahir berhitung tambah-kurang-kali-bagi. Sekarang Akio sudah mulai bisa perhitungan akar dan persamaan tingkat tinggi. Sayapun menjadi bangga kepada diri saya sendiri.

Sekarang, jika saya pulang, dia langsung membawa dots card dan berkata,

Mainan ini yoook....

----------

Dari situ kita bisa melihat bahwa jika waktu yang sebentar itu hanya untuk bermain yang tidak jelas, maka waktu tersebut akan hilang begitu saja. Dengan hal-hal seperti diatas, akan besar sekali manfaat yang diperoleh oleh anak kita. Pengalaman saya sendiri, setelah beberapa bulan menerapkan hal yg sama kepada kedua anak saya, Rihan (4 th) dan Afi (1 th 4 bln), hasilnya cukup mulai kelihatan.


Rihan sudah sangat lancar membaca Bahasa Jepang (huruf Hiragana dan Katakana) sejak usia 3 tahun. Untuk Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, kelihatan berkembang dengan lebih baik berkat penerapan kartu bergambar tersebut (istilah populer dalam pendidikan anak adalah FLASH CARD).

Rabu, Januari 23, 2008

Mengapa Anak Harus Mampu Membaca Ekspresi Wajah ???

Posted by LoveLy KhaLisa at 06.02 0 comments
Image Hosted by ImageShack.us

Adalah tugas kita sebagai orangtua untuk mengajarkan kepada anak kita tentang cara mengungkapkan perasaan yang sedang dialami oleh anak, dan mengenal nama dari perasaan tersebut. Dengan demikian anak akan menjadi mengerti perasaan orang lain dari ekspresi wajahnya. Anak yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya cenderung untuk berperilaku kasar dalam bentuk kekerasan seperti memukul, melempar, dsb. Bagaimana cara mengajarkan hal ini kepada anak sejak dini ?

oleh : Taufan Surana (www.balitacerdas.com)

Di sebuah keluarga, Adi (usia 5 tahun) tiba-tiba melemparkan mainan yang sedang dipegangnya, sehingga adiknya yang terkena lemparan menangis keras. Mama Adi yang melihat hal ini langsung menunjukkan ekspresi wajah yang sedih bercampur marah di depan Adi tanpa mengatakan sepatah katapun. Tetapi Adi sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalahnya, dan tetap melemparkan mainannya kesana-kemari.

Apakah anda pernah melihat kejadian yang mirip dengan cerita diatas ?

Mengapa Adi bersikap seperti itu ?

Ternyata Adi tidak bisa memahami dengan baik apa maksud dari ekspresi wajah Mamanya.

Pertanyaannya, perlukah anak seusia Adi mengerti apa maksud dari setiap ekspresi wajah orang lain ?

Sebuah grup di Universitas Delaware mengadakan penelitian panjang terhadap anak usia pra-sekolah (usia 5 tahun) selama 4 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mampu memahami ekspresi wajah orang lain dengan baik ternyata lebih jarang mengalami masalah dalam perilaku sosial maupun gangguan belajarnya.

Inti dari penelitian ini adalah bahwa pemahaman emosional dan kemampuan anak dalam mengatur emosinya sangat penting bagi anak dalam menghadapi lingkungan sosialnya di masa depan. Istilah populernya adalah, disamping IQ, EQ (Emotional Quotient/Kecerdasan Emosi) juga merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung kesuksesan anak di masa depan.

Adalah tugas kita sebagai orangtua untuk mengajarkan kepada anak kita tentang cara mengungkapkan perasaan yang sedang dialami oleh anak, dan mengenal nama dari perasaan tersebut. Dengan demikian anak akan menjadi mengerti perasaan orang lain dari ekspresi wajahnya. Anak yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya cenderung untuk berperilaku kasar dalam bentuk kekerasan seperti memukul, melempar, dsb.

Bagaimana cara mengajarkan hal ini kepada anak sejak dini ?

Banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya adalah :

1. Bercerita/mendongeng kepada anak tentang cerita yang berisi berbagai ekspresi perasaan dari para pemeran dongeng tersebut. Dalam bercerita ini anda perlu menunjukkan ekspresi tersebut dengan sungguh-sungguh, sehingga anak dapat menangkap perasaan

yang ada di balik ekspresi wajah anda.

2. Jika anda bisa menggambar berbagai ekspresi wajah seperti tertawa, sedih, marah, dsb., anda bisa menggambarkannya di setiap muka ujung jari, dan ketika mau tidur, anda bisa bercerita sambil menunjukkan gambar tersebut. Setelah itu, anda tanyakan kepada anak anda, misalnya, Adi hari ini mengalami gambar yang ada di jari mana ?.

3. Dan masih banyak lagi...

Bagi yang belum pernah menerapkannya....

Selamat Mencoba !

 

LoveLy KhaLisa Copyright © 2009 Baby Shop is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez